Indonesia memiliki sumber daya alam berupa food and agribisnis yang sangat banyak. Hanya saja, investor kurang melirik komoditas tersebut sebagai produk investasi yang menguntungkan. Memang krisis keuangan di penghujung 2008 sempat menghantam komoditi tersebut. Namun dengan seiring permintaan global terhadap sektor F&A yang emakin membesar, maka Indonesia harus memberikan penawaran yang lebih baik dari snegara lainnya.

Dari data riset F&A Rabobank International, nilai ekspor produk kelapa sawit di 2008 sebesar 18,3 juta ton. Nilai tersebut merupakan terbesar pertama dibandingkan dengan negara lain di dunia. Posisi selanjutnya ditempati Malaysia dengan produksi sebesar 17,7 juta ton dan Thailand 1,05 juta ton. Sementara negara pengimpor kelapa sawit tersebut di antaranya China (6,2 juta ton), India (4,7 juta ton), Uni Eropa (3,95 juta ton). Belum lagi kebutuhan komoditi dunia seperti gula, tepung terigu, kopi, dan komoditi agribisnis lainnya. Dengan potensi tersebut, Head of Financial Market Research Asia Pasific Rabobank International Adrian Foster memprediksi pertumbuhan ekonomi (GDP) Indonesia bakal berkisar 4 persen di akhir 2009. Prediksi tersebut mendudukkan Indonesia sebagai peringkat ketiga dalam pertumbuhan ekonomi dunia di bawah Cina (7,9 persen) dan India (6,1 persen).

Pertumbuhan GDP tersebut ditopang oleh perbaikan neraca keuangan perusahaan lokal, perbaikan sektor perbankan, kebijakan moneter dan fiscal dari pemerintah serta perbaikan nilai tukar. Untuk nilai tukar rupiah terhadap USD, di akhir tahun rupiah bakal diprediksi bertengger di kisaran Rp9.250 per USD. Sementara pada awal 2010, Rupiah akan sedikit menguat di kisaran Rp9.100 per USD. Posisi tersebut sudah melampaui nilai tukar rupiah tertinggi pada 2007 sebesar Rp9.393 USD. Namun nilai tersebut belum bisa menembus rekor tertinggi sejak 2006 di kisaran Rp8.995 per USD.

Sumber : okezone.com

Comments (0)